Pages

Jumat, 04 Januari 2013

He, His, Himself

Saat seseorang bertanya, selain potret punggungnya yang sering sekali aku unggah di beberapa postingan tentang dirinya, apa lagi yang aku sukai dari dirinya secara fisik ? hmm... Selain punggungnya ? Aku akan bilang aku sangat menyukai matanya.

Iya mata nya. Dengan atau tanpa kacamata minusnya, sama saja. Aku suka.... :')

Bukan kah aku sering bilang, aku suka pria berkacamata ? yess! Kalimat pernyataan itu muncul karena dia, iya dia berkacamata. Tidak selalu, tapi iya... berkacamata.

Mata adalah jendela hati seseorang ? benar, untuk sebagian besar manusia demikian. Tapi buat ku itu tidak berlaku pada dirinya. Kok bisa ?
Matanya sulit ditebak. Matanya seolah selalu menampakkan gambaran dirinya yang selalu berpikir jauh ke depan. Dan tak ada seorang pun yang mampu mengartikannya. termasuk aku. Bahkan ketika dia berdusta, nyaris tak bisa ditebak apa benar berbohong atau itulah kebenarannya. Sering kali jadi menyebalkan yaa... :/

Kelihatannya dia adalah oarang yang sangat easy going dan ramah. He laughes a lot but actually he’s sad inside. Tawa nya justru memperlihatkan satu sisi dalam dirinya. He keeps his problems to himself…. Cause he doesn’t allow people to see that he’s weak. Dia terbiasa sendiri. Dia tak ingin terlihat lemah.

He loves to run away from almost everything. He runs away to find peace of mind, but everywhere he goes there’s this tiny fraction of the one you always remember. Yeap, he has a problem in moving on. Dia berbagi cerita bukan karena diminta, tapi karena dia udah siap untuk bercerita.
Dan aku bersyukur karena pernah jadi satu orang yang pernah diajak nya bercerita dan berbagi..

Aku ingat, tak jarang. Saat kami tengah berbincang di telpon, kadang dia hanya diam mendengarkan. Tidak menyela, tidak interupsi atau membuat celetukan-celetukan. 
Tiap aku tanya, "Nyimak gak siih ..?" 
"Iya, denger. Aku justru sedang berkonsentrasi menyimak. Membayangkan sebagai kamu" dia sering jawab begitu.

Awalnya sulit bagiku mencerna apa maksud kalimatnya itu. Lambat laut aku memahami. Dia ingin mencoba berpikir seperti aku, dari sudut pandang aku yang sering spontan Berbanding terbalik denagan dirinya yang penuh perhitungan. Dia selalu memikirkan segala sesuatu dari semua sudut pandang. Cermat adalah kata yang tepat untuk sikapnya itu.
Jadi merupakan hal yang butuh konsentrasi tinggi untuknya mencoba menjadi aku dalam pandangannya.

Kalau sedang bersamanya, dan dia ga diajak ngobrol alias dianggurin, pasti matanya langsung kosong dan menerawang jauh ke dalam pikirannya sendiri.

When we talked, and dan dia tertawa, bukan karena ceritaku yang lucu. Tapi dia menikmati pemandangan di hadapannya, aku. Dia mentertawai aku yang bisa tak berhenti bercerita tanpa jeda.

Seketika mata nya berubah seperti mata puppies. Berbinar lucu... Aku suka sekali.

His eyes radiated huge amount of burden. Mata nya adalah One of the saddest eyes sekaligus mata yang cerdas tak terbaca. Beautiful


0 comments:

Posting Komentar

 

Copyright © diendong. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver