Pages

Selasa, 09 Oktober 2012

Positif Negatif


Think positive. Look at the bright side! Itu semacam kalimat andalan orang-orang kalo sesuatu yang gak kita harapkanterjadi. Honestly, it;s hard to think positive at the moment.
Seperti beberapa tahun lalu. Aku berencana menikah. Tapi kemudian positif dibatalkan. What a negative situation!!

Negatif terberat yang terjadi pertama kali dalam hidupku. Setidaknya sampai saat itu.

Saat itu, Yess I want to get maried, I want to be a wife. Diusia yang muda impianku adalah segera menikah dengan orang yang saat itu bisa membuatku percaya akan kebaikan yang terjadi dalam pernikahan diusia muda. Tapi rencana esolusi hidupku saat itu meleset. Semuanya berantakan.

Dari awal hubungan, kami berkomitmen untuk serius. Menikah adalah target utama hubungan kami. Setidaknya itulah janji yang aku pegang darinya.

Waktu berjalan, manusia hanya bisa berencana, Tuhan-lah penentunya.
Semuanya berakhir.

Aku sering nanya ke diri sendiri, kenapa ? apa yang salah dari aku ? aku Cuma ingin yang terbaik, aku ingin lebih bertranggung jawab atas hidupku, aku ingin beribadah yairu dengan menikah. Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa ku trmukan jawabannya. Hingga aku hanya bisa menangis.
I’m so sad.

Look at the bright side. Where ?
Di luar sana, langit masih biru, angin masih berhembus, matahari masih terbit dan tenggelam teratur, pohon-pohon masih berdaun hijau dan bunga kamboja masih berwatna merah. Yess! So bright. All I see is : I’m not maried. Yang aku lihat aku gagal menikah.

Mungkin saat itu aku berlebihan. Padahal di luar sana, masih banyak orang-orang yang juga belum berkesempatan menikah padahal usia mereka sudah ridak muda lagi, tentunya dengan masing-masing masalah nya. Masih banyak orang-orang yang hidup dengan kekurangan, bahkan menikah dan pestanya mungkin tak sama sekali terpikirkan. Bahkan di belahan dunia ini banyak sekali yang kehidupan rumah tangganya tak seindah bayangannya dahulu. Banyak KDRT yang terjadi atau malah banyak orang yang kehilangan pasangannya disaat anak-anaknya sedang dalam masa tumbuh kembang. Seharusnya itu bisa membuat aku berpikir bukan hanya aku yang bersedih.

Tapi tetep aja dalam keadaan waktu itu, aku bersedih.

Lama buatku bisa menyembuhkan hati. Trauma atau apalah istilahnya itu. Bukan karena terlalu patah hati, terlalu cinta. Bukan!

Tapi lebih ini lebih kepada keadaan mental ku, psikologis-ku yang saat itu harus menerima kenyataan di usia 23 tahun mengalami kegagalan. Rencana pernikahan indah mendadak menjadi mimpi buruk. Pertanyaan-pertanyaan handaitaulan bak air garam yang disiran diatas luka bakar. Pfuuuuh…

Sakit hari tak sebanding dengan sakit menerima kenyataan ditambah kekecewaan orang tua.

Yaa walaupun sebenarnya akulah yang meminta pembatalan itu. Aku!. Semua aku lalukan karena aku harus berani, aku harus mengambil langkah dan keputusan. Dan saar itu yang terbaik adalah membatalkannya!

Bukan hal yang mudah, dengan banyak pertimbangan ini dan itu. Siang dan malam berpikir dan menganalisa. Menangis dalam setiap doa. Sampailah aku diketetapan hati. Positif mengakhiri itu semua.

Oke… ortun pasti kecewa. Sedih dengan keadaan dan langkah yang aku ambil. My mom, she was crying over. My Pap, he said he loves me more than anything in this world. Mereta Cuma ingin yang trebaik untukku. Apapun pilihanku mereka mendukung. Apalagi setelah mendengar rentetan kronologis dan alasanku. I just want to give them a good son in law. Sementara buat ortu, jadi atau membatalkan pernikahan, it’s doesn’t matter because they love me. That’s it.

Cerita ini akhirnya aku publish meski tidak mendetail. Aku rasa aku sudah siap untuk berbagi pada semua. Butuh waktu sangat lama sampai aku berani berani mengakui dengan gamblang bahwa aku pernah gagal. Berkotak-kotak persiapan itu masih terbungkus rapi belum berani aku buka. Rasanya masih ‘malas’ untuk kembali mengusik ‘kenangan’ yang sudah lama terpinggirkan itu. Tapi disini akhirnya aku bercerita. Alasanya, salah satunya karena ortu yang belakangan sering mengajakku berbincang tentang masa lalu, tentang masa kini dan masa depanku. Menurut mereka sekarang sudah waktu yang tepat dan usia yang pas untukku mulai merencanakan kisah masa depanku. Mereka tidak memaksa, mereka mengerti aku. Mereka selalu bilang ‘akan ada waktu dan orang yang tepat sesuai kehendak Sang Kuasa’ dan aku percaya itu.
 
As I wrote above. Akulah yang menghendaki pembatalan pernikahan. Tapi taukah kalian, bahwa semua doa-doa kita itu dijawab Tuhan pada waktu yang tepay menurutNya. Tidak pernah meleset. Dan begitu pula yang terjadi padaku. Semua terjawabkan…
Awalnya sedikit demi sedikit. Tapi aku tetap berkeyakinan ‘bahwa tidak ada kebetulan disetiap kejadian’. Gitu juga halnya dengan kisahku. Hikmahnya ? kini hubungan keluatga kami jauh lebih baik dibanding beberapa waktu pasca kejadian. Yaa walaupun kini setelah ia sebut saja abang- telah meninggal dunia. 
Yaa… kabar duka yang kuterima pada 27 juli 2012 ini tepat sehari sebelum hari ulang tahunnya. 

Seorang sahabat bilang “ bayangkan, apa yang akan kamu hadapi kalau aja pernikahan itu terus dilangsungkan ? bukan bukan mendahului takdir tapi mungkin aja kan feeling dan firasatmu saat itu juga karena ini ? waullohualam bissawab… “ 
Yess! we never know.

Seakan segala tanya dahulu terjawab seketika.
Walau aku yang memutuskan. Walaupun mungkin ia bersalah. Aku yakin akan selalu ada hikmah dari semua itu. Aku tau dan percaya, almarhum tak pernah benar-benar meninggalkanku. Walaupun kami berpisah, tapi ia masih menyayangiku dengan caranya. Aku tak pernah ragu itu, dan benar, semua yang menyampaikan bela sungkawa padaku menyatakan itu. Ia tetap berpikir positif tentangku hingga nafas terakhirnya.
Well, pada akhirnya aku cum abisa bilang God knows what’s best for us… for me… for him.

Be positive~

0 comments:

Posting Komentar

 

Copyright © diendong. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver