Pages

Jumat, 14 September 2012

Untuk Whyyy

Hai, Kamu.
Sedang apa di sana?
Aku di sini tengah mengingatmu. Mengingat suara, tawamu, perhatian berupa pesan tertulis tanganmu yang sering menemani hampir setiap hariku, mengingat tatap lekat matamu, halus genggam tanganmu dan usap lembut hangat pelukmu..

Ada yang harus aku ceritakan hari ini, mengenai isi hati.
Mungkin kamu sudah tahu, aku hanya ingin mengenangnya dalam tulisan, sekadar berjaga-jaga jika kamu mulai lupa nanti. Saat ingatanmu termakan usia dan separuh aku hilang bersamanya.

Aku ingin bercerita, seluruhku berbahagia saat kita sedang berbicara berjam-jam di ujung telpon, saat tak henti-hentinya berbalas pesan, saat melepas rindu bertemu, atau saat duduk berdua, saat sedang membunuh waktu dengan percakapan selintas, saat sedang saling menatap dalam dan menyembunyikan cemburu, bercerita tentang cinta kita.

Aku ingin kamu tahu, bahwa saat aku menulis ini, tidak ada yang lebih penting dari menyaksikan senyummu karena aku, tawamu karena ceritaku yang sebenarnya tidak lucu, tanganmu yang menggenggamku, bujuk rayumu saat aku tenggelam dalam ego dan air mata manja, juga peluk yang ingin kujadikan rumah terakhirku.

Hai, Kamu.
Bagaimana hari-hari tanpa aku?
Aku di sini kadang lelah, kedinginan basah dihujani rindu.
Rindu kecupan kecil di pipiku sebelum kita berpisah pergi, rindu tatapan yang mewakilkan perasaan, rindu akan pelukan yang selalu menjadi relaksasiku paling nyaman. Bahkan rindu akan kalimat tegas pernyataan mengingatkanku bahwa kau menginginkan aku sekedar untuk makan..

Bahkan aku rindu sekedar membuatkanmu secangkir kopi dan sarapan...

Kamu harus tahu, aku selalu suka ketika mendengarkanmu berbicara dan bercerita tentang hidup, masa depan dan keluargamu, yang walaupun bukan tentang kita. Aku suka mendengarnya, sebab di sana aku menemukan kamu yang penuh cinta. Kamu suka berpikir positip tentang banyak hal dan aku suka kamu karena menceritakannya.

Bagaimanapun,
Aku sering berpikir bahwa sejauh dan sedalam apapun kita jatuh cinta, ada hal-hal yang menjadikan kita tidak bisa bersama seutuhnya.
Kita bukanlah kita yang kamu dan aku menjadi satu, kita adalah kita dalam rangkaian cerita yang tak selesai...

Jangan kira aku tidak ingin memilikimu sepenuhnya, tapi aku terlalu takut untuk menjadikan diriku satu–satunya alasan kau menginginkanku.. Karena aku tahu, kamu belum ingin dan belum bisa bersama dan sama dengan aku... Dan aku sangat ingin diinginkanmu atas nama Tuhan semata.

Kadang terpikir akan seperti apa rasanya dicintaimu utuh, tanpa tapi, tanpa jeda, tanpa mengeluh, tanpa beda... Dan halal.
Bahagia sekali, pasti.
Tapi Tuhan juga belum mengizinkannya, mungkin.

*Bersabarlah, hatiku. Sesabar karang yang tak henti diterjang ombaknya, seperti pasir tanpa ampun dibakar teriknya*

Terima kasih untuk rasa dan waktumu,
Aku belum tentu menemukan lagi yang sepertimu,
atau mungkin… Aku tidak akan mencarinya dan akan selalu menginginkanmu... 

0 comments:

Posting Komentar

 

Copyright © diendong. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver