Pages

Jumat, 16 Maret 2012

Samudra Rindu

Kamis, dan insya Allah besok Jum'at. Deru detak jantung tak kunjung normal kurasa dalam tiga hari belakangan ini. Iyaa, besok adalah hari dimana janji itu akan ku tunaikan, hari dimana aku insya Allah akan menepikan emosi, memudarkan sangkaan, menepiskan amarah, meluruskan niat dan mengacuhkan penilaian hujatan, aku melangkah menyebrangi asa hanya untuk menatap sosok yang selama ini aku rindukan.

Aku juga hanya manusia biasa, yang pastinya punya rasa. Rasa rindu yang ku rasa ini mungkin tak lagi sebesar dan sekuat beberapa bulan lalu. Saat semua emosi masih bergemuruh, bergaung kencang. Waktu dan keadaan lah yang bisa membuat ku belajar menaklukan ego, menenangkan diri, menata hati dan mengendalikan pikiran dari asa yang membuncah dan berujung kecewa.

Bukan aku tak memahami kenapa semua bisa terjadi, dan bukan aku tak dewasa untuk bisa menyikapi semuanya. Sekali lagi aku hanya manusia biasa yang punya sisi wanita dimana hati yang bicara, dimana amarah kadang mendominasi perangai dan air mata yang pada akhirnya mengusap luka.

Sebulan, dua bulan, tiga bulan berlalu. Keterbiasaan baru mulai terbangun, tatanan hari-hari dan hati mulai mengalir apa adanya, meski sebenarnya bukan ini yang ku mau. Tetapi balik lagi pada pepatah lama 
"bahwa tak semua kemauan mu akan kau miliki dan tak semua yang kau miliki itu akan selamanya".

Sebenarnya, aku sangat menyadari apa yang aku rasakan, apa yang aku hadapi, just like river flows on me.. tak berusaha melawan arus, tak berusaha menghindari karang, tak berusaha tak pecah terhantam pasir, benar-benar seperti air. Ada kalanya rasa itu seperti gerimis, seperti hujan dan seperti air tenang beriak. Dan berakhir dengan tetesan air mata.

Hanya mengikuti jalannya waktu sambil terus berdo'a. Banyak masukan banyak cerita dengan sahabat memang mengurangi ganjalan di hati namun hanya sesaat. Dan kemudian aku berjibaku lagi dengan gemuruh hati. Dalam guncangan hebat yang selalu aku usahakan sekuat tenaga untuk meredamnya, aku percaya hanya Tuhan yang mampu "mengangkat duka dan menenangkan ku". 

Ketika kita mengeluh "Aku sedih....." dan ALLAH menjawab: "La Tahzan, Innallaha Ma'ana.. Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya ALLAH beserta kita" (QS. At-Taubah:40)

Dengan tarikan nafas panjang bukan berarti mengeluh dan dengan kalimat terbata-bata dan mata berkaca-kaca aku untuk pertama kalinya bercerita pada bunda, iyaaa mama ku sahabat terbaikku yang aku jadikan orang terakhir yang melihat air mata rindu ini. Kusampaikan singkat tentang hatiku, dan aku percaya tanpa banyak bicara pun beliau tau apa yang aku rasa dan selama ini sembunyikan... tetesan air mata tak lagi mampu aku bendung, getaran suara penuh emosi pelan namun pasti terlontar deras dari hatiku dan semakin menjadi ketika beliau berkata "pemikiran mama mungkin sederhana tentang perasaanmu tapi dini musti tau, betapa mama memikirkan dan sayang dengan mu.. tetap jangan lupa berdo'a" dan aku tak mampu lagi berkata-kata, seakan samudra rindu yang kumiliki bermuara di tetesan air mata mama..

Insya Allah besok Jum'at 16 Febuari, tanpa hendak mereka-reka yang belum tentu terjadi dan berusaha terus belajar berpikir dan bertindak positip, deruan dari samudra rindu yang airnya telah merasuki setiap inci sell kehidupan ku blakangan ini akan menemukan sumbernya. Dan aku percaya aliran air tak kan kembali selain melalui proses dan Tuhan lah yang ada dibalik semua kejadian.

Yang terjadi biarlah terjadi, yang akan terjadi biarlah menjadi misteri. Bissmillaah...
 

1 comments:

Dini Haiti Zulfany mengatakan...

Cemunguuuuud \^.^/

Posting Komentar

 

Copyright © diendong. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver