“Mungkin dia hanya marah dan sedang dalam masalah” lanjutnya.
“Yakin? Dari mana kau tau sedangkan kalian belakangan ini sudah
tak intens berkomunikasi seperti biasanya, yaa setidaknya yang ku dengar darimu
begitu kan?”
Kemudian ada hening, yang disusul dengan isakan tangis yang
tertahan. Menghela nafas adalah satu satunya yang bisa dilakukan saat
menyaksikan itu.
“Maybe he never love me that much” ucapnya nyaris tak
terdengar.
Ia mulai meneteskan air matanya, air mata yang sangat sulit untuk dikeluarkannya, dan yang pasti tidak di depan sembarang
orang.
“Yeaah, sad. But better to think that way”
“Aku baru saja sembuh
dari luka lamaku, dan dia tau. Dia yang slama ini mendukungku, meyakinkanku
menerimanya, mempercayainya. Dan aku melakukan sebisaku, sepenuh hatiku. Dan aku
sungguh sungguh kepadanya”
"I know, tapi entahlah dengan nya, tau tapi pura pura tidak tau atau memang tak mau tau..."
"Apa yang harus ku lakukan?" tanyanya lirih.
Rasanya ingin ku hantamkan tinjuku ke wajah dia yang menyebabkan nya menangis seperti ini. Sungguh tak layak ia menangisinya, apa pun alasannya kelak untuk membela diri atas perlakuannya ini.
"I know, tapi entahlah dengan nya, tau tapi pura pura tidak tau atau memang tak mau tau..."
"Apa yang harus ku lakukan?" tanyanya lirih.
Rasanya ingin ku hantamkan tinjuku ke wajah dia yang menyebabkan nya menangis seperti ini. Sungguh tak layak ia menangisinya, apa pun alasannya kelak untuk membela diri atas perlakuannya ini.
"Berserah dear... berdoa, minta diberi keikhlasan. Diberi kekuatan hati dan diberi penyelesaiaan dari Nya... apa lagi... "
"Aku sedih....."
"Tanpa kau katakan saja aku tau.. periang dan penggembira sepertimu, bahkan tersenyum pun tak mampu membuat mata mu berbinar, sudah pasti kau bersedih... tapi buat apa bersedih? dia bahkan tak sedikit pun memikirkanmu"
"Dia bilang dia memikirkan ku, dia bingung..."
"Hmm... Dulu, ketika kalian baik baik saja, apa pernah ia memikirkanmu? apa pernah ia dengan bangganya membawamu ke orang tua nya? mengakrabkanmu ke saudara saudaranya? menggandeng tangganmu mesra di hadapan sahabat sahabatnya? yang dilakukannya hanya memberimu harapan, melimpahimu dengan janji, memaki masa lalumu, menyalahkan waktu. Membiarkanmu seperti ini... Oh dear... kalau dia memikirkanmu setidaknya kalau dia menghargaimu, tidak akan mungkin dengan sengaja memampang 'hal hal' yang menyakitimu di sosial media seperti itu, setidaknya beri kamu jeda waktu... bukan begitu tak berperasaannya"
"Aku tak tau... aku tak tau apa artinya aku buat nya..."
"Okey.. dia menyayangimu.... setidaknya begitu kan katanya"
"Sakit....."
“Lalu, apa yang mau kau lakukan selanjutnya? Dia saja tak
mencarimu”
“Dia bilang dia butuh waktu, dia bilang dia sangat perduli
padaku”
“Aaah omomg kosong. Terlepas apa pun masalah nya, apa pun masalah kalian, dia seharusnya juga memikirkanmu. Kalau dia butuh waktu, lalu sampai
kapan? Sampai air matamu tak lagi bisa menetes? Kalau dia perduli padamu,
setidaknya kalau masih berperasaan tak kan seperti itu. Kalau dia masih ada sedikit rasa.. dia akan menyempatkan diri, dia
akan mencarimu. Ke mana pun. Sama seperti saat pertama dia begitu tergila-gila
padamu. Sekarang? Apa pun masalah nya dear... kalian sudah dewasa.. diam dan menghindar mungkin salah satu cara tapi tak menyelesaikan apa apa... ku harap dia seharusnya lebih baik dari ini. Bicaralah sekali lagi hati ke hati.. itu pun jika mau bersikap selayaknya orang pernah saling menyayangi"
"Entahlah...." tampak gores luka terlihat jelas diwajahnya.. sungguh mengiris hati melihat ini.
"Be real dear... sabarkan hatimu. Logika mu tengah terhantam kenyataan, hatimu tersakiti. Tetap sadar dear... ”
"Entahlah...." tampak gores luka terlihat jelas diwajahnya.. sungguh mengiris hati melihat ini.
"Be real dear... sabarkan hatimu. Logika mu tengah terhantam kenyataan, hatimu tersakiti. Tetap sadar dear... ”
“Demi Tuhan ucapnya, demi Tuhan aku merasa sakit dan
dibohongi”
“Tuhan tau namaNya disebut dalam pernyataannya, pernyataan
kalian. Tuhan juga pasti Maha Tau bahwa Dia dijadikan saksi atas hubungan
kalian, entah apalah itu artinya kini buatmu dan buatnya... Yaaa hanya Tuhan dan dirinya sendiri yang tau pasti isi pikiran dan hatinya. Tapi Tuhan
menyayangimu dear... dia tau yang terbaik untukmu... ”
“Maksudmu, Tuhan tidak menjadikan aku terbaik untuk nya..?” kedua mata itu meredup kosong saat mengucapkan pertanyaan itu.
“No, dia yang tidak baik untuk mu. Kalau dia yang terbaik
tidak akan mungkin dia sanggup membuatmu seperti ini. Berhentilah manyalahkan
dirimu sendiri, dia tak layak mendapatkan pembelaan terbaikmu. Terlepas apa pun alasannya, apa pun penyebabnya, dia tidak bisa menjaga perasaanmu.. liat apa yang dia lakukan! merasa bersalahkah? merasa tak enakkan kah? santai saja kan... sedikitpun tidak menghargaimu dear. Dia hanya memikirkan kebaikan untuk dirinya saja.. sedangkan kau?”
"Dia seperti marah akan reaksi ku selama ini..." masih saja ia membelanya, ooh cinta...
"Wajar. Siapa yang tak emosi dan kecewa jika diperlakukan seperti itu. Kau manusia biasa dear... kontrol kendalimu bisa saja jebol. Marah, boleh. Tapi segera lah redakan emosi. Kemarahan dan Kebencian muncul karna ada cinta..."
"Dia Egois..." buliran air mata membasahi wajah sayu itu.
"Dan kau harus lebih egois. Egoislah untuk dirimu sendiri. Kau layak bahagia. Jangan pikirkan orang lain yang bahkan tak memikirkanmu. dan dia sendiri sedang egois. Well...."
"Dia seperti marah akan reaksi ku selama ini..." masih saja ia membelanya, ooh cinta...
"Wajar. Siapa yang tak emosi dan kecewa jika diperlakukan seperti itu. Kau manusia biasa dear... kontrol kendalimu bisa saja jebol. Marah, boleh. Tapi segera lah redakan emosi. Kemarahan dan Kebencian muncul karna ada cinta..."
"Dia Egois..." buliran air mata membasahi wajah sayu itu.
"Dan kau harus lebih egois. Egoislah untuk dirimu sendiri. Kau layak bahagia. Jangan pikirkan orang lain yang bahkan tak memikirkanmu. dan dia sendiri sedang egois. Well...."
“He is the one I love...” bibir yang selalu tersenyum manis
itu kini bergetar mengeluarkan suara parau, jelas terdengar memilukan.
“Mungkin dia dulu mencintaimu juga, dan tidak ada yang tau
bagaimana sekarang. Yang jelas dia sengaja mengabaikanmu. Pengabaian adalah hal yang tidak manusiawi, menurutku. Apalagi untuk orang yang pernah menyatakan dia menyayangimu...!”
“But why I feel so beloved, and no one has ever done this
before”
“Because we believe what we want to believe. Because you love him like you never loved anyone else before”
“Tapi dia bersumpah, dia sayang dan menginginkan ini, dia
bilang ini serius. Semua ucapannya, tindakannya, sikapnya. Tidak ada yang
meragukan sebelumnya. Tidak ada yang melakukannya sebaik dia. About anything. Dan
kami baik-baik saja sebelumnya.” selembar sapu tangan tak lagi mampu menahan
tangisnya.
“He’s the right one in the right time. And the show is over. End story”
Dan tangisannya pun pecah. Begitu terisak. Begitu dalam
sakit yang dirasakannya, begitu tergoncang jiwanya. Dan aku tau rasanya. Bahkan
sebuah kata pamungkas “SABAR” pun tak kan mampu lagi diucapkan untuk
menghiburnya. Pelukan dan penguatan. Hanya itu yang saat ini dibutuhkannya. Ini bukan hanya Broken Heart tapi Broken Trust. Worst!
Apa pun alasannya, apa pun kondisinya. Cobalah sebisa
mungkin tak menyakiti perasaan orang lain. Pilihlah pilihan terbaik yang manusiawi dalam bersikap. Posisikan dirimu disudut pandang orang lain. Terlebih orang yang mempercayaimu,
sepenuh hatinya. Karena kita tidak pernah tau, apa dan bagaimana kondisi hati
seseorang sebelumnya.
Mungkin buatmu ini biasa, mungkin buatmu akan sembuh dan
akan berlalu seiring waktu. Tapi tidak kah pernah kau berpikir, mungkin saja ini
adalah awal dari kehancuran seseorang? tidak kah kau pernah terpikir, satu langkah dan satu keputusan yang kau pilih dan kau ambil, itu bukan hanya mengubah hidupmu saja tapi hidup orang orang disekitarmu.