Subuh menjelang begitu hangat, ringan ku rasa saat mengusapkan
kedua tangan setelah memanjatkan doa, setelah sujud subuhku. Kemudian aku bergegas
mandi dan bersiap menuju seruan kemenangan.
Rok hitam panjang berpotongan lebar entah apa nama jenisnya, yang kerap disebut
keponakanku seperti rok cinderella, ku kenakan dipadukan dengan atasan kaos hitam berlengan seperdelapan. Hijab ungu berhias bunga bermanik mutiara putih
kusematkan sesederhana mungkin dikepalaku yang masih lembab. Make up tipis
setelah berwudhu membuatku terlihat sedikit cerah, berharap bisa menutupi sembab diseluruh
wajahku. Kurasa ini pilihan busana yang tepat untuk Idul fitriku tahun ini. Hitam
? Ungu ? entahlah, hitam memang salah satu warna kesukaanku dan sepertinya
cocok ku padankan dengan Hijab ungu cantik berbahan woll kado lebaran dari sahabat
nasraniku di Bali. Aku menatap cermin di depan meja makan berputar putar meyakinkan diri, bahwa tak mengapa tak harus tampil serba putih. Hey, its ok!! dari depan garasi Ayahku menatapku dan tersenyum.
Menuju Masjid untuk melaksanakan sholat Ied, aku menyusuri jalan kecil
di gang sebelah rumah bersama keponakan laki lakiku yang beranjak remaja. Manatapku seakan ingin
bertanya tapi diurungkannya...kami berjalan beriringan dalam diam. Masjid letaknya hanya beberapa meter dari
halaman rumah kami, dalam lima menit aku sudah berada di syaff wanita, berpisah pintu masuk dengan
keponakanku.
Duduk di syaf kedua, diantara ibu-ibu yang hanya kukenali wajahnya.
Pelan ku dengar suara mamaku memanggil dari belakang, ternyata beliau mengambil
syaf ke tiga didekat dinding masjid. Mamaku tersenyum melihatku, senyum
penuh makna.
Segera ku kenakan mukenah putihku, duduk tenang menunggu segera dimulainya
ibadah sholat sunah yang selalu membahagiakan ini. Terdengar jelas dan lantang,
suara Ayahku mengumandangkan takbir, tahmid, tahlil... takbir kemenangan. Rasa
haru menyeruak didadaku, tangispun tak sanggup kubendung. Saat itu aku tak
perduli lagi dengan suasana sekitarku, tatap penuh tanya ibu ibu dikanan
kiriku. Aku merasa seolah hanya di sana hanya ada aku bersama Penciptaku.
Tersadar saat terdengar seruan yang mengingatkan tata cara pelaksanaan
sholat. Disusul seruan panggilan imam tanda akan segera dimulainya sholat. Dan khitmad dan suasana khusuk pun ku
nikmati sepenuhnya selama ‘berbincang’ dalam takbir dan sujud kemenangan
berjamaah itu.
Sepanjang khotbah setelah sholat, masih sibuk ku usap air mata yang tak
henti mengalir, dalam hati berseru memohon ampunan dan petunjukNya. Doa yang dipimpin imam tlah usai diiringi seruan ‘Aamiin’ para jamaah yang bergema bersautan . Rangkaian
ibadah sunnah ini pun ditutup dengan saling bersalaman dengan para jamaah.
Kuhampiri mamaku disyaf belakang. Dalam hati sekali lagi bersyukur aku tak
bersebelahan dengan beliau, pasti akan
membuat beliau kebingungan dengan keadaanku selama di masjid tadi. Menahan air
mata saat mencium kedua pipi nya, kemudian kami berpisah pintu keluar masjid.
Mama ku masih menyalami beberapa ibu-ibu pengurus pengajian. Dan aku melangkah
seorang diri menunduk diatara ratusan jamaah.
Tersentak seketika ketika kudengar
namaku dipanggil seorang ibu yang blakangan baru ku tau bernama Bu Slamet. Beliau memanggil
namaku jelas, aku menoleh kemudian beliau menyalamiku dan memelukku. Mencium
kedua pipi dan berkata ‘cah ayu semoga Allah selalu memberkahimu, berbahagialah
nduk’. Aku terdiam sampai lupa berucap sepatah katapun. Aku tak menyangka sama
sekali. Segera ku Aamiin kan doa tulus seorang ibu yang bahkan tak ku kenal
dekat, tapi beliau tau namaku.
Allahu Akbar
Aku menyusuri jalan pulang kerumah bersama jamaah lain, yang merupakan tetangga
di sekitar rumahku. Menggandeng lengan kecil Keponakan perempuanku yang
ternyata tadi mendapat syaf di halaman
masjid bersama mamanya. Dengan lincahnya berhasil menemukanku diatara para jamaah yang
bersalam salaman. Jihan cantik dalam busana muslimah kuningnya. Bergelayut manja
sambil mengagumi dan berulang ulang meminta kelak aku memberinya rok cinderella
itu.
Saat itu entah dari mana asalnya, hatiku merasa hangat, hatiku haru,
hatiku serasa mendapat jawab akan kerinduaan yang belakangan menyelimutinya. Seakan semua rasa, beban tiba tiba lenyap begitu saja. Ada lega yang tak terucap. Ada keringanan terasa seketika. Dan aku bahagia!
Alhamdulillaah, Segala Puji Bagimu Tuhan uhan Sekalian Alam. Terimakasih
Allah...
Bahagia ini bukan sederhana tapi luar biasa mewah dalam
pelukMu. Ied Mubarak.
0 comments:
Posting Komentar