"Okey sekarang saya ngaku, saya masih dengan dia..."
"Hmm........saya udah ngira"
"Saya jelaskan.."
"Kenapa waktu itu kamu masih nyari-nyari saya?"
"Karena kamu udah tau alasan saya... kenapa masih kamu tanyain lagi.."
"Enggak! saya gak tau. Yang saya tau, setelah waktu itu saya sudah mengiklaskan kamu. Sulitkah kamu pahami, sakit dan sedihnya saya. Udah saya mulai tenang, kemudian kamu masih nyari-nyari saya...?!!!!!"
"Iya, karna saya gak tenang. Saya selalu mau tau keadaan kamu. Saya gak bisa tidur mikirkan kita, kamu. Saya takut dan trauma kamu seperti itu, kamu bersikap ke saya setelah itu semua. Saya nggak mau putus mau terus kontak dan komunikasi dengan kamu"
"Bukannya waktu itu saya nanya kamu minta maap untuk apa?"
"Saya minta maap untuk semua kejadian itu... jangan nangis..."
"Kenapa saya gak boleh nangis?!!! saya punya hati, kamu sakitin!! dan saya tanya sekarang. Bukan untuk kembali ke saya kan 'maap' itu?!!!!
"Kamu tau maksud saya, kenapa masih nanyakan itu lagi?"
"Karena kamu nggak jelas. 'Maap' untuk apa? baikan dengan saya untuk kembali lagi atau 'maap' hanya untuk ketenangan diri kamu sendiri atas sikap kamu waktu itu?"
"Kamu... sulitkah buat kamu pahami saya?"
"Bukannya saya juga nanya waktu kamu minta 'maap' dan saya gak jelas itu 'maap' untuk apa? saya nanya 'do you love her? are you happy?' apa yang kamu jawab... kamu bilang "saya tidak mikirkan itu semua. Saya hanya mau fokus ke karir. Dan saya mau minta maap ke kamu dari lubuk hati saya yang paling dalam. Saya mau kita baik-baik lagi". saya masih ingat jelas, dan setelah itu hubungan kita, komunikasi kita kembali seperti dulu. Apa semua maksud kamu ini..?!
"Kamu tau maksud saya..."
"Kamu gak menjawab pertanyaan saya!"
"Pertanyaan yang mana lagi?"
"Do you love her?"
" Hufft...... "
"Kenapa diam? jawab!"
"hmm... Iya, I love her"
"Oh yaa... Nada suara kamu aneh. Kamu, gak lagi bohong kan? terus, kenapa baru bilang sekarang? terus kenapa masih nyari-nyari saya?"
"Because I miss you!!"
"Hmm.... cuma itu? Egois! Kenapa kamu kembali ke saya kalau begini lagi. Demi Tuhan ini dua kali dan kamu tau ini nyakitin saya!!"
"Kamu tau saya punya perasaan yang kuat ke kamu. Ngobrol sama kamu selalu menyenangkan. Saya suka, saya senang sama-sama kamu. Kamu tau benar. I miss you. Ini sebenar-benarnya. Tapi kita telat. Kita telat. Semua ini terlambat. Saya harus gimana?"
"Gimana dengan saya?"
"Kamu tau benar yang saya rasa, apa perlu saya ulang-ulang lagi? sulit untuk saya ungkapin yang saya rasain ke kamu. Gak saya bilang pun kamu bisa rasain. Karena ini sebenar-benarnya makanya sulit. Sulit karena semua terlambat........."
"Apanya yang terlambat? Udahlah.. kamu bilang you love her..."
"Kamuuuuu... iya, saya... saya sayang dia, dia selama ini orang terdekat saya. Iya saya sayang dia. Dia gak tau apa-apa. Dia gak ada salah apa-apa. Dia Baik."
"Saya yang gak baik? gak worthed gitu?"
"Bukan gitu... Saya ke kamu, kamu tau betul gimana saya. Perasaan saya... Saya gak mau mengkhianati dia"
"Saya gak minta kamu ngianatin dia! Tapi ini apa? Kamu bilang saya selama ini yang egois! lalu kamu sebut diri kamu apa? hah?! kamu nyakitin saya. Pengkhianatan yang gimana lagi yang kamu gak mau kamu lakuin? Kamu ke saya, itu gak kamu anggep pengkhianatan? Kamu anggep saya apa?!!!!"
"Saya gak tau musti gimana..."
"Kalau gitu, kamu harus kasi tau dia juga tentang ini semua. Sebenar-benarnya juga. Sama seperti sekarang kamu ngakui ini ke saya!! Jangan mau egois sendiri. Jangan cuma saya dan kamu aja yang tau. She have to know the truth!!"
"Iya..."
"Jangan jadi pengecut, lari dari masalah..."
"Gak lagi... gak untuk kali ini."
"Kenapa kamu begini ke saya? setelah saya benar-benar ke kamu. Saya gak bisa maapin kamu lagi"
"Hufft...."
"Yakin?
"Yakin apa?"
"Kamu yakin dengan yang kamu bilang ke saya tadi? bukan hanya untuk bohongi saya lagi dan sengaja bohongi diri kamu sendiri.
"Iya, Yakin...."
"Lalu kamu anggep saya apa?"
"Sama tapi beda konteks..."
"Apa bedanya? konteks apa?!!! Hubungan apa ini?"
"Saya..... ke kamu, sulit saya jelaskan. Ini nyakitin saya juga."
"Lebih jelasnya nyakitin saya!! kamu bilang sayang dia, saya tanya, kamu yakin? gak bohong? gak bohong lagi? gak bohongin dia? gak bohongin saya? gak bohongin diri dan hati kamu sendiri?"
"Kamu tau benar gimana isi hati saya.... "
"Gak tau... makanya saya nanya"
"Kenapa bisa gini. Kita terlambat"
"Apa nya yang terlambat...? kalau kamu sayang dengan dia, lantas gimana ke saya?"
"Saya punya perasaan yang kuat ke kamu.. kamu tau itu!! sulit dijelaskan dengan kata-kata. Gak bisa saya jelaskan rasanya. Tapi saya gak mau mengkhianati dia. Dia baik"
"Saya enggak pernah minta kamu mengkhianati dia. Lalu ini semua apa? kenapa kamu begini ke saya? saya yang pantes kamu bohongi? karena saya gak baik ? kenapa musti saya yang tau apa-apa dan semua-semua ini? kenapa saya... yang harus jadi tempat kamu mengaku dan tau keadaan kamu yang sebenarnya gini?!! Dan saya harus sakit karena tau semua ini. Apa karna kamu tau benar kalau hati kita terkoneksi. Karna kamu tau benar perasaan saya yang akan terus bersabar dan kembali maapkan kamu? kenapa kamu gini? coward! saya benci kamu!"
"Kenapa kamu selalu salah sangka dan mikir jelek terus. Ada hal yang belum saya jelaskan dan kamu belum tau semua alasan saya. Sekarang saya mau support kamu. Selalu ada untuk kamu. Kamu tau kan seperti yang selalu saya bilang I always around you"
"Saya nggak butuh support kamu! Jangan ada disekitar saya, jangan diam-diam cari tau atau apa pun juga. Saya gak tau alasan yang masih kamu sembunyikan itu."
"No... Saya selalu ada. I always around you."
"Saya gak mau"
"No... denger, ini kepotong Magrib. Kamu siap-siap sholat. Nanti malam kita bahas lagi. Janji saya kali ini. Trust me. Dalam keadaan gini saya gak akan lupa atau sengaja ngindar. Kita harus bicarakan semua, gimana-gimananya. Harus clear dan gak akan ada salah paham lagi. Saya gak mau kamu gini dan salah paham. Janji saya. Maapin saya. Kita bicarakan lagi ya... kamu tunggu. Jangan mikir jelek. Percaya saya."
"Sulit buat saya percaya kamu lagi. Saya gak ngerti kamu dan gak tau isi hati dan pikiran kamu"
"Percaya saya. Yaaa...please."
"Saya percaya kamu, tapi kamu bohongi saya. Kamu janji tapi kamu ingkari. Sumpah kamu gak adayang bisa saya pegang."
"Gak untuk kali ini. Tolong percaya saya kali ini. Kali ini saya gak akan main-main untuk ini. Keadaan ini gak akan buat kamu begini lagi. Percaya saya."
"Setelah saya maapkan kamu? saya kembali ke kamu? kita baik-baik dan nyaris seperti tidak pernah ada masalah sebelumnya? seperti kita memulai semua lagi. Kamu terlihat begitu happy dan senang didekat saya lagi. Kamu yang merusak kepercayaan saya."
" Percaya saya... I'm happy with you. I'm Happy. I'm happy. Akan lebih happy kalau kamu happy."
"Saya juga gitu, kamu happy saya Happy. Tapi saya sekarang gak tau happy yang gimana yang saya mau. Saya benci kamu."
"Saya Happy kalo kamu happy."
"Kamu, happy yang bagaimana dari saya yang kamu mau? sekarang? dengan keadaan begini? kamu happy yang gimana? How could you do this? How dare you... stupid me because I'm to shameless too follow my heart, trusting you" "
" Please nanti kita bahas. Ngertiin saya. Trust me"
"Jam berapa?"
"Jam 11 yaa.."
"Kemaleman...!!!"
"Jam 10 kalau gitu, saya hub kamu. sebelumnya saya sms. Yaaa..."
"Lepas Isya aja. Biar panjang waktunya."
"Iya nanti saya hubungin kamu dulu, lepas Isya.. kamu yang tenang dulu. Sholat yaa..."
"Kenapa kamu gini ?"
"Please, nanti kita bahas lagi. Trust me... tunggu saya nanti ya.."
Dan Magrib berlanjut Isya. Jam bergulir. Malam berganti Pagi. Hari berlalu. Sehari, dua hari, tiga hari... Janji tinggal janji. Kepercayaan berbuah pengkhianatan. Sumpah menjadi bualan sampah. Menghindar, lari untuk ketenangan sendiri. Berpikir? untuk menyusun kata-kata berbisa lagi? Sakit pastinya mengetahui orang tercinta berlaku seperti itu... atau orang yang kita kasihi yang diperlakukan seperti itu.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktip atau diluar jangkauan..."
Now, what do you call yourself ? a Man? a Liar? a Cheater? a Hypocrite? a Coward?
0 comments:
Posting Komentar