Diantara tumpukan kerjaan, diantara keramaian hilir mudik
teman seruangan. Aku “mencuri” waktu menuliskan ini. Gak memperdulikan deadline
yang ditempel di memo sudutan meja. Aku bahkan gak bisa konsentrasi, gak fokus
sama sekali. Hufft...
Kurang tidur, kepala sakit, mata sembab dan badan seperti
melayang. Salah siapa? Yaa salahku sendiri. Bisa ditebak kenapa? Tertidur
dengan posisi badan yang salah lengkap dengan baju dan jins yang gak aku ganti
dengan piyama tidur. Lampu kamar yang masih menyala terang. Terlelap diantara
tumpukan bantal yang lembab karena basah. Basah? Iya aku menangis (lagi) :/
Mengingat ngingat kembali tentang hal yang aku permasalhkan
dua hari belakangan ini. Mengingat ngingat bagaimana reaksiku tentang hal itu.
Mengingat ngingat bagaimana emosiku meluap menguasai hati dan pikiran sehat.
Mengingat ngingat bagaimana intuisiku yang biasa tajam bahkan gak berfungsi
sama sekali. Mengingat ngingat bagaimana sikapku yang kolokan dan nyaris
seperti bukan wanita dewasa. Oh.. kepala ku sakit, migren sepertinya, reaksi
normal yang sering banget aku alami setelah otak dan hati tak mampu menampung
letupan pikiran dan analisa liarku. Damn...
Semalam, setelah tak ada lagi balasan pesan darimu, hanya
ada keterangan centang satu di setiap whatsapp messanger terakhirku yang
menandakan bahwa pengguna layanan sedang tidak online dan setelah banyak text message yang bertubi-tubi kukirim
serta setelah memastikan hp nya non aktip kemungkinan karena low batt... ku
buka handphoneku. Kubaca ulang semua whatsapp messanger yang ku kirim ke dia.
Satu persatu kubaca ulang dimulai dari pesan terakhir yang masih tercentang
satu dan terus ke atas sampai di pesan yang menunjukan keterangan waktu hari
Senin lalu. Aku baca pula semua text message yang juga aku kirimkan ke dia
disaat yang bersamaan dengan waktu aku mengirim whatsapp messanger. Aku terdiam
setelahnya, air mata mengalir deras dan menyadari betapa emosi dan ego ku
menguasai setiap kata yang kuketik dalam setiap pesan yang ku kirimkan untuk
nya. Gosh... makin nyeri hati rasanya ngebayangin gimana rasa nya ia saat
membaca semua itu. Oh God, bahkan aku sendiri merasa sedih membayangkan ia yang
(mungkin) sedih, merasa gak nyaman dan apalah itu atas semua tulisanku, dan
semua karena emosi dan egoku yang tak terkendali.
Dengan sengaja menuliskan semua kekesalan, kekecewaan dan
semua yang kurasain. Dengan sengaja mengatakan padanya bahwa aku tidak pernah
diperlakukan seperti itu sebelumnya. Kemudian dengan sengaja membandingkannya. Bahkan
dengan sengaja mengirim poto masa lalu. Dengan sengaja membuatnya merasa
bersalah. Dengan sengaja dan semua dengan sengaja. Emosiku benar-benar meluap
dan aku dengan sengaja bahkan dengan vocalnya bersuara bahwa aku marah aku
sedih aku kesal. Semuanya.
Entah apa yang aku pikirkan... seperti anak kecil kolokan
yang tak pernah kecewa sebelumnya. stupidity.
He hurts me. I hurt him more. Then I said I hate him and
goodbye when all I wanted to say was ‘I need you’. But, the ego has landed...
Terbangun subuh sekitar jam 5, mendapati tak ada pesan apa
pun dari nya seperti hari-hari sebelumnya, rasanya...sedih. entah sampai kapan
masalah ini berlarut. I dont know.
God pliss help me. Help us. Honestly, I dont need him. I need
us.
Well, dibilang nyesel yaa nyesel tapi gak ada guna nya... smoga gak keulang
masalah seperti ini, segera selesai dan everything gonna be okey ( setidaknya
seperti yang ku mau :/ ) I hope...